Tiga Kata
Semua pasangan yang sudah menikah punya cerita perjuangannya masing-masing. Setiap perjuangan pasti punya keunikannya sendiri. Unik-unik itulah yang pada akhirnya menyatukan dua insan saling mencintai. Tapi, terkadang setiap detil-detil kecil proses itu dilupakan. Padahal, justru setiap yang kecil tadi adalah alasan kenapa mereka memilih se-hidup se-mati.
Disuatu malam tersebutlah seorang istri dengan gelisah bangun dari tidurnya. Si istri meraba sisi kiri ranjang. Istri bingung, harusnya ada badan yang seperti batang kayu di sisi kiri ranjang ini. “Kemana perginya manusia ini”, tanya istri dalam hati. Setengah bangun istri mengumpulkan tenaganya lagi setelah seharian tadi berberes barang-barang pindahan ke rumah baru ini.
Sambil menoleh, istri memanggil suaminya yang mungkin saja bersembunyi di balik bayangan-bayangan gelap ruangan itu. Diraba saklar lampu tidur di atas nakas. Lalu, diambilnya kacamata di sebelah tatakan lampu kecil tadi. Istri memandang ranjang dan sekeliling ruangan memastikan keberadaan sang suami masih disana. Tidak ada. Suami entah kemana. Dengan cepat diambilnya kardigan di atas kursi yang dikelilingi kardus-kardus barang yang belum sempat dibuka. Sang istri dengan gerakan kaki cepat memanggil suaminya dan langsung turun ke lantai satu rumah itu.
Tidak ada. Istri bingung hilang kemana pria yang ia jadikan suaminya tersebut. Hampir semua ruangan sudah diperiksa, ruang tamu, lobi, garasi, gudang, kamar mandi.
“Kemana kamu? kenapa hilang tidak bilang?”, tanya istri dalam hati. “Ah, dapur!”, sentak istri melupakan satu ruangan di rumah barunya. Setengah berlari Ia melewati sekat-sekat ruang menuju dapur di bagian belakang. Di sana sang istri lega, ada orang yang daritadi dicarinya.
“Mas, kamu ngapain di dapur? aku kan jadi panik kamu hilang ga bilang”, keluh istri.
“Iya, gabisa tidur jadi ke sini deh bikin susu”, jawab suami dengan tawa kecilnya. “kamu inget ga, kejadian lima tahun yang lalu?”, lanjutnya.
“emm, gatau udah lupa, kenapa?”
“itu yang di mobil waktu nganterin kamu pulang”, jawab suami dengan tertawa disambung sang istri yang juga tertawa karena langsung paham apa yang dimaksud suami.
Suami menceritakan ulang kejadian malam hari itu. Setelah menonton suatu film, suami mengantar istrinya — yang kala itu masih belum istri — ke rumah. Seperti pasangan-pasangan yang sedang kasmaran lainnya mereka tidak ingin segera berpamitan satu sama lainnya, hanya saling tatap dan saling tunggu dengan basa-basi receh untuk mengulur waktu yang ada.
“Aneh banget aku cerita ini, padahal kita berdua yang ngalamin ini bareng”, keluh suami.
“Iya gapapa lanjutin aja”, jawab manja istrinya dengan wajah dibuat melas mirip kucing.
Malam itu mereka berdua sudah terlalu lama di dalam mobil. Karena suasana yang mereka bangun sendiri, mereka saling tatap dan berpegangan tangan.
“Aku mikir waktu itu, apa ini kode, atau aku yg geer”, lanjut suami.
“Terus kamu pegang tangan aku juga, kita makin deket, terus kamu bilang gini — three words, 8 letters, say it, and i’ll be yours”, lanjut suami dengan muka memerah.
“Awww, lucu banget, kan mas”, jawab istri sumringah, “Soalnya habis itu kita munch-munch, hehe”, sambung istri dengan tawa kecil.
“Lucu, lucu apanya? Kita ketauan ayah kamu, aku dimarahin terus diusir. Kamu dimarahin, disuruh masuk rumah”, sergah suami.
“Yakan pada akhirnya kita nikah juga kan, mas.”
“Iya, sayang”, jawab suami pelan dengan tersenyum.
“Tapi, kita ga pernah saling ngucapin itu setelah nikah kan?”
“Iya juga”, sambut sang suami setuju.
“I love you.”
“I love you too, mas.”