Lucunya Orang-Orang

hernowoadin
3 min readAug 23, 2023

--

“Lucu ya orang-orang pas cerita gimana mereka ketemu”, Ucapmu tiba-tiba. Iyasih, memang banyak yang pertemuannya tidak disangka-sangka. Bukan karena setelah ketemu langsung jatuh cinta, tapi karena memang itu takdirnya. Aku paham yang kamu maksud lucu itu,

ada yang ketemu di sawah waktu KKN,

ada yang kenalan di lampu merah,

ada yang ketemu waktu rebutan antrian tahu bakso,

ada yang ketemu karena salah rumah,

ada yang kenalan karena salah orang,

ada yang ketemu karena sama-sama kunduran trek,

ada yang diam-diam merayap datang seekor nyamuk, hap, lalu di lamar (pastikan waktu baca ada nadanya, kalo tadi ga bernada boleh banget balik jadi zigot, masa kanak-kanakmu kurang nyanyian).

“aku kok ga ketemu orang di waktu yang lucu gitu, sih?”, Protesmu.
Pikirku waktu itu — ini orang janc*k juga yaa.

Kita dulu kala, pertama kali ketemu di tambal ban. Ban kita sama-sama bocor. Tapi, karena waktu itu, aku udah telat masuk kelas karena dosennya dadakan majuin jam kuliah dan kamu yang baru mau pulang dari kerja lemburmu dan sudah terlalu lelah untuk menunggu lebih lama lagi menahan kantuk. Eh, kita berdua malah saling menawarkan untuk mendahulukan orang lain, siapa yang tambal-menambal duluan. Mana pakai aksen orang jawa dengan jempol naik, badan agak bungkuk, dan senyum keliatan gigi.

Sampai-sampai aku merelakan absensi kuliahku dan kamu merelakan waktu tidurmu untuk kita sama-sama makan es krim aice mochii rasa klepon di Indomaret karena menunggu mas-mas tambal ban benerin ban motor kita.

Kita yang kenalan bukan dari nama sendiri tapi malah nama orang tua dulu (kalo yang ini agak aneh). Aku juga masih ingat jawabanmu waktu aku tanya kamu umur berapa. “Umur ga ada yang tahu” — bocah edan. Kamu yang waktu itu tidak percaya kalau kita lulus SMA di tahun yang sama. “Ternyata muka kita sama-sama boros, yaa”, kurang lebih begitu responmu waktu itu.

Jadi, dimana letak “ga” lucunya kita waktu ketemu, sih?

Aku yang sampai saat ini masih lupa nama panjangmu dan kamu yang selalu ingat dimana aku taruh kunci motor (punya superpower dia guys, mirip emak-emak). Kamu yang hafal menu-menu McD berikut hadiah happy meals-nya dan aku yang pusing kalo udah diajak tanding catur sama ayahmu. Jelas karena aku pasti selalu kalah. Sebagai catatan, ayah kamu memang selalu kalah dari teman-temannya dan yang bisa ayahmu kalahkan cuma aku, kan? anak sama bapak, sama-sama jahat.

Terus, kita ini kurang lucu apa, sih?

Tapi pada akhirnya pun, kamu memilih untuk bersama orang yang mampu daripada orang yang ketemunya lucu. Gapapa, aku juga, kok. Walaupun ada rasa aneh di hati ini, tapi aku suka lihat kamu bahagia.

Kalo kata fajarsadboy. Kukira ini hari minggu, ternyata hari rabu — katanya kamu mau nunggu, ternyata cari yang baru.

Nikahan kamu bersama orang baru dan aku yang sudah menggandeng pasangan baru. (p, adu!)

Ya, kalo bukan kita yang berjodoh, siapa tau anak kita besok yang berjodoh. Jodoh gaada yang tahu. Minimal tempe.

Mungkin sekian, terima kasih atas perhatiannya, diucapkan banyak-banyak bela sungkawa karena waktu Anda terbuang sampai bisa baca kalimat ini.

Akhir kata, Free Palestine!

Photo by Saketh Upadhya on Unsplash

--

--

hernowoadin
hernowoadin

Written by hernowoadin

I love when words spill out effortlessly, just as I know yours will.

No responses yet